When you homeschool, everything
that happens to you as a family impacts the WHOLE family. You can plan out
schedules up until the whole year, but when life happens, you just gotta adjust
the best you can and go with the flow. Beberapa bulan kemarin, jadwal
homeschooling kami secara mendadak harus mengalami “penyesuaian”. Ya, selain
karena alasan yang umum, misalnya Little Bug, si Hubs, Baby Bird, dan saya juga
akhirnya sakit berturut-turut (alhamdulillah nggak sampai rawat inap, hanya
mulai dari demam tinggi, radang tenggorokan, dan paling parah Little Bug kena
tyfus), yg mengharuskan kami banyak beristirahat, selain itu.... alhamdulillah,
another little life insyaaAllah is happening inside me :) This little life unexpectedly
made my days a bit stagnant for the past 3 months, karena harus menyesuaikan
dengan mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa ngantuk luar biasa, dan
semi-bedrest yang menyebabkan saya harus libur nyetir dulu sampai dinyatakan aman.
Praktis kegiatan saya dan anak-anak jadi lebih banyak di rumah dan saya di
tempat tidur atau sofa, nggak bisa naik-turun ke ruangan yang biasa kami pakai
buat bermain dan melakukan paperwork lainnya.
Panik? Ya, kalau nggak terbiasa
melihat anak-anak main seharian sih iya, karena seolah-olah ada “warning” di
belakang kepala saya yang berbunyi “Gimana dengan target schoolworknya Little
Bug? Gimana dengan kegiatan-kegiatan Baby Bird? Akan terpenuhi kah? Akankah
mereka “ketinggalan” dibandingkan anak-anak seusianya?” Yaa, kurang lebih
seperti itulah. Banyak “liburnya” alias minimal schoolwork (buat Little Bug)
dan sisanya main bebas di rumah. Hmm, gak jauh beda dengan sehari-hari sih..
hanya kerasa nggak maksimal aja dari bagian sayanya, padahal anak-anak mah
seneng-seneng aja dan saya juga jadi diingatkan bahwa free play itu banyak
sekali proses belajar yang terjadi, hanya kita nggak melihat saja :) Paling banter saya
usahakan Little Bug menulis di journal hariannya, mengerjakan math worksheets
buat latihan soal (karena kelas 1 SD menurut materi kurnas sedang pada bagian
penjumlahan/pengurangan 2-digit, jadi mau nggak mau memang harus rajin latihan
supaya lebih terbiasa dan teliti), dan sesekali mengerjakan latihan soal
pelajaran lain (spt PPKN, Bhs.Indonesia, dsb) dari buku soal kelas 1 SD (cara
curang saya, karena 1 buku isinya ringkasan pelajaran + latihan soal hehehe).
Alhamdulillah juga target materi buat kelas 1 SD juga belum terlalu banyak,
jadi bisa juga tercover sedikit banyak dari baca buku-buku cerita/ nonfiksi yang
berhubungan dengan topik-topik tsb. Idealnya mah lebih banyak percobaan, arts
& crafts, dkk... but hey, life happens and you just gotta do what you can
til the situation is better (which at times
felt like for-e-ver, but turns
out baru beberapa bulan aja kok!).
Berbeda dengan kalau mengirim
anak-anak ke sekolah formal, kondisi ortu nggak akan banyak mempengaruhi..
kalau begini, saya terus terang di awal-awal sempat merasa down.. bisa nggak ya
saya tetap HS anak-anak dengan kondisi seperti ini? Apakah anak-anak saya
dirugikan? Dan gong-nya: Am I a bad mom for making this decision?
Lalu.. saya mencoba melihat sisi
positifnya. After all, life is to be celebrated and Hubs & I are really
thankful for all the little lives in our life (including the little-est that we
are super-excited about)! Anak-anak sikapnya masyaaAllah, jadi jauh lebih
pengertian selama beberapa bulan terakhir. Little Bug lebih banyak ngemong Baby Bird, mereka lebih akur
dalam bermain (baca: porsi akur lebih banyak daripada porsi
berargumen/bertengkar) dan juga lebih banyak membantu saya di rumah (walaupun
ada ART yang pulang-pergi, tapi tetap mereka berusaha membantu yang
kecil-kecil). Mereka maklum dengan menu makanan yang lebih sederhana dan sering
beli, maklum juga kalau saya lebih sering tidur sebentar-sebentar karena mual,
juga lebih sering menanyakan “Gimana keadaan Mama? Masih mual? Adik bayi
baik-baik aja kan?”.
Ketika cek bulanan (bonus: cek
bulanan ke dokter bisa dianggap sebagai field trip HS, hahaha), mereka kagum
melihat layar USG (sekeluar dari ruang dokter, pasti ramai celotehan soal adik
bayi yang ‘melambaikan tangan’ dan bergerak-gerak ‘saying hello’ ke
kakak-kakaknya) dan Little Bug juga berusaha mencerna tahap-tahap perkembangan
bayi dari poster-poster yang ada di luar kamar periksa. Baby Bird juga berusaha
memahami apa yang terjadi dengan pengertian untuk seusianya, terutama mengapa
saya harus banyak istirahat beberapa bulan kemarin (“Karena bayinya masih belum
nempel ya di dalam perut Mama?”). Lalu dia juga sering tiba-tiba mengeluarkan
pertanyaan atau celotehan lucu, seperti, “Adik bayi mau ikut kita pergi juga
ya?” (uhm, nggak bisa ditinggal juga di rumah kan hehehe) dan “Mama makan lele,
berarti adik bayi nanti juga suka lele dong?” (well, I hope so! Scientists say
that the eating appetite/tastes for the later born baby is affected by what the
Mom eats during her pregnancy... so you can see why I was so frustrated when I
lost my appetite in the 1st trimester of this pregnancy---food just didn’t look
appetizing to me, even though I was hungry, hikz!).
Buat saya yang awalnya sempat down,
googling berbagai blog tentang punya anak 3 dan sengaja cari yang lucu-lucu,
because humor helps! Nemu website ini
tentang keluarga yang punya anak 3, sounds real and it made me laugh and cry at
the same time (blame the pregnancy hormones!). I like real blogs that combine
humor with reality instead of preaching perfection, memudahkan untuk enjoy the
ride :)
Saya sangat bersyukur atas kehidupan ini, tapi
namanya manusia biasa, pasti ada saat-saat saya merasa panik, khawatir, sedih, bersalah,
gelisah, dkk... it’s only human to go through the WHOLE range of emotions (from
super excited to sad) when you are expecting another little life, and if we can
accept and embrace all of the feelings, insyaaAllah it will be easier to deal
with the situation and be thankful for everything. In other words, you embrace
the fact that life happens and you are more blessed than you will ever realize!
Every experience is humbling and
teaches you something new each day. You can make plans but in the end, the
important thing is that you are all happy and healthy together as a family...
because every moment is special, no matter if it goes according to your
original plans or not. You may not be achieving weekly/monthly targets, but
other learning experiences are happening and reminds you that learning is not
just textbooks and worksheets, even if you already know that it’s true but you
are reminded in the realest (is that even a word?) way possible. You learn to
trust your kids, trust their innate abilities, trust that they will develop
accordingly under God’s care, and really trust your days in God’s plans. You
learn to make the best out of everything, even if your days look like instant
noodles, playdoh, and Disney Jr. Cartoons (and you definitely learn NOT to look
at [read: compare yourself to] what other moms on
pinterest/facebook/instagram/path/whatsapp groups/other social media are doing
for their kids at this moment, haha!). You learn to see the smiles on your kids
face, because they don’t expect anything but to spend time with you (even
though you feel like a sloth and suddenly fall asleep during a story or a game
of Candyland). You learn to enjoy each day. You learn to be as happy-go-lucky
as your kids... because being happy and thankful and content is a choice, not
an outcome of certain pre-meditated conditions and plans. You learn to embrace
life and give yourself without losing sight of what’s important... and you
learn to fight and struggle to make everything better, even though you don’t
actually know what tomorrow will bring.. but you try and you pray and you trust
God. That’s it.
So, that’s where we are in life
right now, juggling homeschool and pregnancy and life as a whole. And I
couldn’t be more thankful, alhamdulillah! :)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.