(Picture from Wikipedia) |
Ditulis oleh: Arum Budiani, pemilik
blog http://ourlearningfamily.blogspot.com
*warning: may contain spoilers*
Akhirnya... film “Inside Out” yang
ditunggu-tunggu ini, diputar di bioskop di sini! Jarang-jarang saya benar-benar
suka dengan suatu film..tapi ini adalah film yang sangat sangat berkesan buat saya dan anak-anak. Nah saya akan sharing tentang insight apa saja yang bisa
diambil dari film ini. Namanya emakHS, pastilah nggak lepas dari mencari
“teachable moments” atau learning opportunities, dan hal itu termasuk dengan
film ini, hehehe! Nah, berhubung film ini bener-bener membahas soal emosi, maka
menurut saya, film ini WAJIB DITONTON buat para orang tua, eyang, om-tante,
guru, pengasuh, dan orang-orang dewasa lainnya yang sehari-harinya akan
berinteraksi dengan anak-anak/pra-remaja/remaja. Bisa jadi kita juga bisa
menyembuhkan diri sendiri setelah menonton film ini, hehehe ;p
Okay, selama nonton film ini
(bahkan sebelum atau setelahnya), silahkan memikirkan insight-insight
berikut...
1. Film ini sebagai alat bantu
untuk memvisualisasikan berbagai emosi dasar manusia dalam bentuk yang konkrit,
ketika menjelaskan ke anak-anak soal emosi-emosi tersebut.
Kelima tokoh emosi memiliki ciri-ciri
yang mendukung gambaran emosi tersebut, misalnya Anger yang berwarna merah dan
kadang berapi-api, Sadness yang “blue” dan selalu melankolis, dan Fear yang
digambarkan sebagai karakter kurus kecil yang selalu ketakutan. Labeling emosi itu adalah dasar dari proses
pembelajaran tentang manajemen emosi, dan membutuhkan proses yang lamaaaaa...
jadi alat bantu apapun sangat bermanfaat, apalagi kalau semenyenangkan film
ini, hehehe!
2. Film ini memberikan gambaran secara sederhana, menarik, dan
cukup mudah dipahami mengenai berbagai
macam dinamika emosi yang terjadi dalam otak kita ketika menghadapi suatu kejadian tertentu serta tentang cara kerja
ingatan.
Meskipun terdapat beberapa hal yang
tidak sepenuhnya akurat secara ilmiah, seperti yang tercantum dalam artikel ini dan ini,
namun film ini bagi saya bisa jauh lebih mudah daripada saat kuliah saya
mempelajarinya dalam mata kuliah psikologi faal dan psikologi umum (atau
kognitif ya... lupa)!
3. Film ini berisi pembelajaran
soal emosi dasar manusia untuk seluruh keluarga.
Menurut saya, anak usia SD sudah mulai
bisa mengerti isi pesan yang terkandung dalam film ini. Meskipun demikian,
anak-anak balita seperti Baby Bird (yang sekarang berusia 3.4 thn) mungkin
hanya akan melihat kalau karakter emosinya lucu-lucu dan bisa sekalian melatih
mereka membedakan nama-nama tokoh emosi tersebut J
Nah, kenapa saya sampai bilang
WAJIB tonton buat para orang tua dkk? Karena pendidikan tentang manajemen emosi
itu adalah suatu area yang saya lihat masih belum banyak disadari pentingnya di
Indonesia. Yang dikoar-koar adalah calistuuuuuuuuung *ampe monyong bilangnya*
melulu.. Nah, kalau anak-anaknya di sekolah nanti misalnya pada suatu ketika jadi
malas belajar, tawuran gara-gara hal sepele, ada kejadian bullying, dsb dsb
itu.. baru deh kebakaran jenggot memikirkan soal penyebabnya, yang mana bisa
saja salah satunya adalah pendidikan manajemen emosi yang terlupakan. Ya,
menurut saya, ini warning sign yang
udah kelap-kelip di dashboard kita, menuntut untuk ditindaklanjuti. Sebab,
pendidikan soal manajemen emosi itu dimulai sejak dini dan berlangsung lamaaa
sekali, bukan proses yang menghasilkan dalam waktu cepat melainkan akan menjadi
apa ya... akan mengiringi dan menjadi support-system
perkembangan anak-anak hingga mereka dewasa. Dewasa pun masih harus berjuang
mengendalikan berbagai emosi... apa jadinya kalau sejak anak-anak tidak
dimulai?
4. Semua emosi itu adalah anugerah dari Allah SWT buat manusia, untuk
membantu otak dan hati dalam menentukan sikap dan tindakan kita dalam hidup
ini.
Tentunya semua yang dianugerahkan
Allah itu tentunya tidak ada yang sia-sia, seperti yang di akhir film terjawab
pertanyaan dari si Joy (karakter emosi bahagia), “Kenapa sih harus ada Sadness
(karakter emosi sedih)? Apa sih tugasnya dia? Karena harusnya manusia itu
selalu bahagia...? Saya nggak mau Riley (anak perempuan yg menjadi tokoh utama
film ini) untuk merasa sedih.” Si Joy bertanya demikian, karena pada awal film,
dijelaskan tuh apa tugas dari masing-masing emosi, seperti: Anger (marah) yang
berguna untuk menyalurkan agresi dan membela diri, Fear (takut) bertugas untuk
melindungi Riley dari bahaya, dan Disgust (jijik) bertugas untuk melindungi
Riley dari situasi yang bisa membuat dia dipermalukan atau menjadi sakit. Tapi
Joy tidak habis pikir, buat apa ada Sadness, karena hanya membuat Riley
sedih... padahal Joy adalah pengendali utama dari geng emosi tsb, karena pada
dasarnya Riley kan gadis yang hampir selalu bahagia.. begitu pikirnya. Oleh
karena itu, dari awal film, Joy selalu berusaha menjauhkan Sadness dari papan
kontrol pikiran Riley di Headquarters (ruang pusat kendali). Pun Sadness dapat
“giliran” di papan kontrol, Joy selalu berusaha agar ia cepat-cepat
menyelesaikan tugasnya.
5. It’s okay to be (temporarily) sad; it’s not okay to deny your sadness.
Dalam film ini, kekacauan terjadi
ketika Joy melarang Sadness menyentuh memory
orb (bongkahan peristiwa yang akan masuk ke dalam ingatan Riley,
dilambangkan dengan bola-bola memori) milik Riley, karena dia menginginkan
memori-memori inti milik Riley berupa memori yang bahagia semuanya. Akibatnya,
Joy dan Sadness tersedot masuk ke alam memori si Riley dan jadilah control
panel di Headquarters tinggal dikendalikan oleh Anger, Fear, dan Disgust—cara kreatif
dari Pixar untuk menggambarkan depresi ringan yang dialami Riley dalam
kondisinya saat itu.
Karena Riley tidak menunjukkan
kesedihannya, maka dia juga tidak mendapat bantuan dari siapapun mengenai
perasaan-perasaan yang dia hadapi, sehingga lama-lama dia menjadi terputus
dengan papan kendali perilakunya (yang tidak bisa dikendalikan pula oleh Anger,
Fear, maupun Disgust). “Pulau-pulau kepribadian” dari Riley juga mulai hancur
satu-per-satu seiring dengan depresi yang dia alami: hancurnya “pulau
kekonyolan”, “pulau persabahatan”, “pulau kejujuran”, dan yang paling dramatis
(dan bikin mau nangis emak ini) ketika robohnya “Pulau keluarga”.
6. Peran dari Sadness adalah untuk mengirimkan sinyal ke orang lain, bahwa
kita butuh bantuan.
Joy akhirnya mengetahui peran
sesungguhnya dari Sadness setelah menyadari bahwa memori bisa saja berubah dari
yang awalnya sedih menjadi bahagia kembali, setelah kesedihan tersebut dihadapi
dan diatasi dengan bantuan dari orang lain. Jadi alih-alih menafikan rasa
sedih, malah rasa sedih itu seharusnya
diterima dan dihadapi, supaya bisa merasa bahagia kembali.
Jadi kalau anak menangis karena
sedih, kita jangan memarahi mereka karenanya... namanya juga manusia, maka anak
berhak merasakan semua jenis emosi, jangan hanya positifnya saja yang diakui
tapi juga negatifnya. Tinggal kita pelan-pelan mengajarkan bagaimana cara
menyalurkan emosi tsb dengan cara yang dapat diterima, sesuai dengan usia
mereka.
7. Sesuatu hal akan diingat apabila berkesan/relevan/menyenangkan.
Pekerja kebersihan dalam alam
penyimpanan memori Riley berkata kepada Joy, "If Riley doesn't care about a memory, it fades...". Nah... ada
pembersihan bongkah-bongkah memori yang sudah tidak diperlukan atau dipedulikan
lagi oleh Riley, disedot pakai vaccum
cleaner untuk kemudian dibuang ke tempat pembuangan memori. Kalau sebuah
ingatan nggak digunakan kembali di kemudian hari, maka lama-lama ingatan itu
akan hilang, seperti pepatah “use it or lose it”. Jadinya kita sebagai
orang tua juga bisa merenung, sudahkah kita membuat kenangan yang berkesan buat
anak-anak? Kesannya bukan di kita,
tapi di anak-anak... dan ini menjadi
reminder buat kami ketika akan merencanakan kegiatan/liburan keluarga dan juga
buat sebagai bahan obrolan sehari-hari dengan anak-anak. Selain itu, kaitannya
dengan belajar adalah, anak-anak akan mengingat hal-hal yang bermanfaat/relevan/menyenangkan
menurut mereka. Sudahkah kita membuat
proses belajar mereka demikian? *namanya juga emak HS, pasti ujung2nya refleksi
ke kegiatan “belajar” keluarga sehari-hari hehehe*
8. Anak-anak memandang dunia dari kacamata anak-anak.
Ini adalah
reminder buat kita para orang tua, bahwa bisa saja sesuatu yang menurut orang
tua itu nggak masalah, bisa jadi masalah buat anak-anak. Seperti dalam film,
kepindahan keluarga Riley ke tempat tinggal baru yang jauh itu sebenarnya
membuat Riley merasakan berbagai emosi negatif seperti sedih, takut, dan marah.
Akan tetapi, Riley mendapat kesan dari orang tuanya (dan juga didorong oleh
Joy) bahwa mereka ingin agar dia bahagia dengan kepindahan tersebut...sehingga
dia berusaha memaksakan diri untuk senang dan menutupi perasaan sedihnya. Jadi,
sebagai orang tua, jangan lupa kalau cara canak-anak memandang dunia itu bisa
jadi berbeda dengan apa yang kita pikirkan... yuk, kita coba untuk lebih sering
mengobrol tanpa menghakimi... dan berusaha untuk memahami cara berpikir
anak-anak kita :)
9. All feelings are okay, all behavior isn’t.
Orang tua Riley
selama durasi film tetap teguh dengan batasan yang tegas untuk perilaku yang
tidak sopan atau yang tidak dapat diterima. Mereka menegur perilakunya, bukan
perasaannya. Dan ketika Riley belum mau bercerita, mereka juga tidak memaksanya
untuk bercerita, namun meyakinkannya kalau mereka akan ada di sana kalau dia
sudah mau bercerita pada mereka. Selain itu, mereka juga tidak langsung
memarahi Riley ketika dia kembali ke rumah habis seharian dicari-cari oleh
mereka... ketika Riley menangis dan bilang kalau dia rindu dengan rumah mereka
yang lama, mereka bukannya memarahinya tapi justru mendengarkan dan berusaha
mengerti perasaannya. Sudahkah kita bisa seperti itu?
10. Life changes, but family sticks
together, no matter what.
Terakhir, kita
bisa lihat Riley dan keluarganya beradaptasi dengan kehidupan mereka yang baru.
Apapun yang terjadi, mereka sadar bahwa keluarga lah yang utama dan harus
menjadi tim yang solid. Keluarga adalah sebuah tim yang saling membantu dan
membutuhkan dukungan satu sama lainnya. Kita juga harus menyadari bahwa
dinamika keluarga akan terus berkembang seiring dengan perkembangan usia
anak-anak (dan kita juga)... jadi harus senantiasa berusaha menjaga agak
komunikasi tetap terbuka dan hangat, agar bisa melalui suka dan duka
bersama-sama.
Semoga
insight-insight di atas bisa memperkaya manfaat dari menonton film ini :)
Beberapa kali lihat iklan film ini di TV & jadi + tertarik pengen nonton.
ReplyDeleteBrilliant review & analysis about a brilliant movie 👏🏻
ReplyDelete