Akhirnya, kami sekeluarga memberanikan diri untuk membuat keputusan ini. Setelah 2 tahun blog-walking dan Pinterest-watching, membaca (walaupun belum sampai selesai) buku2 dan artikel2 tentangnya, beberapa kali sholat istikhoroh, mengalami masalah pada kartu ATM dan gong-nya adalah pertanyaan dari Mba Wiwiet mengenai “bagaimana cara memasukkan gajah ke dalam kulkas”, akhirnya kami (dalam istilah Mba Wiwiet juga) memutuskan untuk nyebur ke dalam kolam renang bernama Homeschool dan mulai belajar berenang... byurrrrr!!! No sitting on the side of the pool, we’re not wading in the baby pool either.. now is our time to start kicking our legs, find the best way to float, and swim and insyaaAllah move forward.
Yah, lompatan yang satu ini butuh keberanian yang sampai sekarang masih membuat saya deg-degan. Hari-hari menjelang pembuatan keputusan itu serasa waktu saya masih kuliah dan nunggu proses persidangan akhir. Tidur nggak tenang, cari informasi sana-sini, timbang sana timbang sini, makan juga tambah lahap *hahaha, klo soal makan sih gak ngaruh* ;p
Pada hari itu... saya terbangun jam 2 pagi karena bersin2 alergi, rupanya settingan AC kamar terlalu dingin (hasil oprekan si Hubs yang tidur bak beruang kutub). Sambil nunggu hidung saya menjadi lebih nyaman untuk diajak sholat malam, saya nyalain compie dan entah gimana prosesnya, akhirnya membaca2 berbagai notes dan link2 blog di grup Indonesia Homeschoolers. Dan mungkin dini hari itu menjadi waktu datangnya petunjuk Allah yang pada akhirnya memantapkan hati ini untuk mengambil keputusan untuk homeschool, yg saya sampaikan kepada si Hubs setelah sholat subuh pada pagi itu. Alhamdulillah, si Hubs memang sudah akan setuju dgn apapun keputusan yang akan saya ambil, karena nantinya saya yang akan memanage semuanya. Hubs sebagai support system (dan financial system hahahaha) yah tinggal nanti membantu apa yang dia bisa. Dan ya, kami insyaaAllah sudah siap untuk berjuang, baik secara internal keluarga maupun secara eksternal—having 2 big extended families that put a big emphasis on the educational lives of the little ones. Yup, bismillahitawakaltu.. yang penting si Hubs and I are together in this.
Homeschool is a choice.. it's a challenge, not only for the child, but for the whole family... it's a major responsibility.. but also, a form of freedom to adjust learning goals & processes to suit your own child.. and not to mention, knowing where exactly your money is going.
Setelah membuat keputusan ini, anehnya saya merasa tenang dan “bebas”, walaupun saya sadar kalau waktu “bebas” saya akan kerubah bentuknya setelah si Little Bug benar-benar sudah selesai pergi ke Playgroup dan mulai di rumah saja sama saya dan Baby Bird. Saya sadar akan tantangan yang besar yang akan kami lalui bersama, tapi seperti kata saudara saya, kami berdoa insyaaAllah akan dimudahkan oleh Allah karena sudah “kulonuwun” sama Allah waktu proses pembuatan keputusan ini. And to keep it real, saya dan si Hubs menganggap 2 tahun masa TK ini sebagai masa percobaan.. masa penyesuaian.. jadi biar santai2 dikitlah dan nggak dikejar2 waktu untuk mencari proses dan rutinitas belajar yang paling nyaman buat Little Bug. Kalau nanti dalam 2 tahun ini kami menilai bahwa homeschool kurang cocok atau ada perkembangan sikon yang kurang mendukung, nanti menjelang tahun ajaran baru untuk kelas 1 SD bolehlah kita meninjau kembali apakah akan terus HS atau masuk ke sekolah formal. But hopefully akan cocok HS terus yah J
Saya sampai sekarang disiplin waktunya masih belum seperti yang saya inginkan.. kemampuan agama belum juga seperti yang saya targetkan.. apalagi pengaturan emosi dan parenting skills juga masih “needs extra work”, huhuhu... But if there’s anyone that can make me work hard in improving myself, they’re my kids and hubby. Of course, dengan mengembalikan niatnya kepada Allah SWT yaaJ
Sloganku sejak nikah dengan si Hubs adalah “orang bisa karena terpaksa”. Dulu nggak bisa masak, karena terpaksa harus bertahan hidup di negeri orang, alhamdulillah jadi bisa masak yang cukup layak buat kritikus2 terbaikku. Hamil & melahirkan di negeri yang bahasanya harus stgh pake bahasa tarzan, alhamdulillah jadi bisa menguasai bahasa sehari-hari dan terbiasa ngasuh sendiri anak-anak. Jadi, insyaaAllah homeschool ini akan aku jadikan alasan untuk terus memecut kemampuan dan kedisiplinan diri ini dalam mengatur hari-hari buat anak-anak. Karena aku ingin Little Bug hafal surat-surat pendek, aku juga harus belajar lagi dan ikut menghafal bersama dia. Karena aku ingin menciptakan connection yang kuat dan dekat dengan anak-anak, yaa what better way to improve my parenting skills than to be around my kids 24-7? Aku juga harus lebih disiplin waktu, rajin dokumentasi (blog dan portfolio pribadi), dan terussss belajar mencari ilmu.
Bismillahitawakkaltu, laa haula wa laa kuwwata illabillah.. here goes our first year into homeschooling!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.