Saturday, May 24, 2014

Pieces of the “Why Homeschool?” Puzzle



 Semua bermula ketika ada ajakan gathering teman-teman SMA ke Pulau Pramuka. Little Bug sangat, sangat, sangat (!!!) antusias dengan rencana liburan singkat ke laut itu! Memang, dari dulu dia sudah ada minat yang besar terhadap semua hal yang berbau laut: hiu, paus, ikan-ikan, dan pantai. Mungkin karena si Hubs juga “doyan” laut, jadi modeling-nya berhasil “ditransfer” ke Little Bug hehehe :D Anyways, demi memaksimalkan pengalaman liburan itu sebagai pembelajaran (ini pemikiran emak homeschool banget deh), maka awal bulan ini kami mulai tema bulanan tentang laut. Saya tiba-tiba teringat kalau ibuku sepulang haji memberikan buku tentang scientific wonders in Oceans & Animals yang ditinjau dari isi (berbagai ayat) Al-Qur’an yang relevan (She’s the best mom, right? Alhamdulillah!). Selama ini buku itu duduk manis di musholla rumah (karena masih panjang antrian buku lainnya yang ingin saya baca), tapi baru kemarin-kemarin ini saya mulai mencari-cari mana isi yang bisa saya share ke Little Bug, yang kira-kira akan bisa dia bayangkan dan pahami (remember, he’s still 5 yo). Nah, sejak saat itu malah saya-nya yang keterusan (baca). Dan alhamdulillah...

Saya jadi sadar bahwa selama ini, saya belum benar-benar berinteraksi dengan Al-Qur’an. Sebagai seseorang yang beruntung dilahirkan dalam keadaan otomatis beragama Islam, saya selama ini nggak melalui proses “ilmiah” dalam mencari tahu tentang daya tarik Islam itu sendiri. Beda dengan para mualaf yang ada proses “aha! Moment”-nya alias diberikan hidayah dari Allah SWT, yang dari cerita-cerita yang saya baca, banyak dari mereka yang masuk Islam diawali karena baca ayat Al-Qur’an yang membuka pikiran dan hati mereka.  Dan pagi ini, saya baru menyadari.... mungkin Allah dengan cara-Nya “menyuruh” saya homeschooling salah satunya supaya bisa lebih dekat dengan-Nya dan melibatkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan saya pribadi maupun (inshaaAllah) dalam kehidupan anak-anak.... masyaaAllah!

Kok bisa saya berpikir ke arah situ? Well, seperti yg pernah saya ceritakan di awal, keputusan untuk homeschooling waktu itu diambil setelah proses istikhoroh dan pertimbangan yang cukup lama. Keputusan yang berat karena waktu itu Little Bug sudah dalam proses masuk ke TK setelah 2 tahun di waiting list—TK yang ideal sesuai tujuan pendidikan keluarga kami saat itu. Tapi entah kenapa muncul keraguan dari niat yang tadinya sudah mantep... yang setelah “berproses” akhirnya berakhir dengan permulaan baru untuk mencoba homeschooling. I didn’t know how I was going to do it or wether or not it was going to work for our family, but it felt like the right thing to do. Nggak kalah penting sudah kulonuwun sama yang Maha Mengetahui.

Nah, pagi ini, saya berpikir.... kalau saja...

  • Kami dulu nggak harus pulang dari Jepang, anak-anak pasti akan saya masukkan ke sekolah Jepang.. dan saya mungkin nggak akan berpikir untuk memperkaya kehidupan mereka dengan Al-Qur’an—mungkin hanya sebatas ngaji dan hafalan surat pendek saja.

  • Kami tetap memasukkan Little Bug ke sekolah ideal itu, saya tentunya nggak akan pusing mikir untuk mengajarkannya agama, karena ada mindset bahwa sudah “all-in” dengan paket pembelajaran di sekolah.

Kalau saja saya nggak homeschool, saya nggak akan berusaha mencari sumber-sumber lainnya untuk mengajarkan tentang Islam ke anak-anak. Karena saya pengetahuannya minim, ditambah pelajaran agama waktu sekolah duluuu yang sudah “banyak lupa” , saya (awalnya) terpaksa untuk belajar lagi... for the kids sake... but it’s actually for my own sake. Kemarin waktu nonton film kartun bareng Little Bug tentang “sifat-sifat Allah”, saya ikutan belajar lagi.. waktu nyari ayat Al-Qur’an tentang lapisan laut, saya jadi berdoa semoga anak-anak bisa melihat kalau Al-Qur’an itu bukan sekedar bahan hafalan atau kewajiban baca semata, tapi benar-benar the most important book in our lives!

Memang, ada opsi untuk memasukkan anak-anak ke TPA buat belajar ngaji, atau madrasah buat belajar agama, panggil guru ngaji ke rumah, masuk ke rumah hafidz, dsb. Ya, semuanya inshaaAllah ada ahli yg bisa bantu. Tapi karena proses belajar di rumah yang mulai terasa hambar oleh ilmu thok (saja—dalam bhs.jawa), maka alhamdulillah hidayah (menurut opini awam saya) datang dalam bentuk kebutuhan untuk membuka Al-Qur’an dan mempelajari mukjizat ilmiahnya. Setidaknya, itu sebuah permulaan bagi saya.. bagi homeschooling kami. Semogaaaa kelak ada bagian (atau keseluruhan) isi Al-Qur'an yang mereka bisa ingat.. atau siapa tahu mereka kelak bisa mengungkap lebih banyak ilmu Allah yang sudah ada di dalam Al-Qur'an. But for the main part, I'll be happy if at least they want to *enthusiastically* open the Al-Qur'an daily plus read and reflect about the meaning.

Salah satu keuntungan homeschooling adalah penyesuaian tujuan homeschooling atau pergeseran basis kegiatan sehari-hari bisa dilakukan kapan saja, sesuai dengan perkembangan keluarga—dalam hal ini, perkembangan saya pribadi dalam hubungan saya dengan Allah SWT. Sepertinya ibuku dulu pernah mendoakan supaya saya bisa lebih banyak berinteraksi dengan Al-Qur’an... saya nggak begitu ngeh waktu itu, tapi mungkin ini adalah jawaban dari doanya, wallahualam. Saya jadi menyadari, mungkin inilah (sebagian) alasan Allah waktu itu membuat saya ragu-ragu untuk memasukkan Little Bug ke sekolah formal itu. Mungkin Allah nyuruh saya untuk belajar lagi... and what better way to do it then to learn with my kids? MasyaaAllah!

Jadi, saya hanya ingin share cerita ini sebagai sharing pengalaman saja, bukan untuk pamer apalagi mengintimidasi. Semua keluarga punya alasan dan tujuan masing-masing. Dan nggak harus homeschool juga untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT--this is just my own circumstances. Barangkali saja ini bisa membantu memberikan insight buat siapapun di luar sana yang lagi “galau” tentang homeschooling. Ya, tidak semua keluarga akan cocok dengan homeschooling, dan nggak semua akan memiliki tujuan yang sama atau menggunakan metode yang sama. But if it feels right, then trust Allah.. and pray... karena Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambaNya.

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah*. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27).

*Ilmu-Nya dan hikmah-Nya, artinya semua itu tidak cukup untuk menuliskan kalimat Allah.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.