June 29, 2014
*note: this is NOT a sponsored post, I’m not getting any
money or being asked by anybody to promote Yamaha Music School. This is just based on our own experience. Although, I
wouldn’t mind if Yamaha gave us a free trip to Japan, hahaha *wishful thinking*
;D
Kemarin akhirnya saya membawa 2 lembar foto 3x4 yang sudah
diminta sejak bulan April/Mei lalu. Bukannya pelit nggak mau ke foto studio,
tapi saya aja yang kelupaan terus untuk print & bawa karena terburu-buru
takut telat keasyikan mau berangkat setiap kali Little Bug mau pergi les
musik di Yamaha. Yup, it’s always a fun time for us (for me, at least)... saya
bisa bonding dengan Little Bug (karena saya ikutan masuk & mendampingi di
kelasnya) daaaan lagu-lagunya enak, seperti mendengar lagu-lagu di acara Jepang
“Okaasan to issho” (artinya: bersama
dengan ibu) yang sering saya tonton bareng Little Bug dulu waktu masih di
Matsuyama. Jadi akhirnya kemarin foto itu ditempel di sertifikat level 1 Junior
Music Course (JMC) yang alhamdulillah sudah berhasil Little Bug lewati bulan
Februari yang lalu. Nggak terasa sekarang menjelang 1 tahun sejak dia bergabung
di kelas JMC.. dan perkembangannya, masyaaAllah!
Sebenarnya, waktu tahun lalu memutuskan untuk HS, kami ingin
memasukkan Little Bug ke salah satu kursus peminatan—yaa, buat kegiatan yang di
luar rumah dan sekaligus untuk alasan “sosialisasi teman sebaya” –kalau ada
kerabat yang menanyakan the oh-so-famous-HS-question-of-“socialization”. Waktu
itu pilihannya jatuh antara kursus English dengan kursus musik, dan kami
akhirnya memilih musik karena selain membaca kalau aktivitas bermusik itu
adalah whole-brain activity, kami juga mengejar (kata Yamaha) “golden age”-nya
Little Bug untuk perkembangan indera pendengarannya (hearing abilities). Kalau dipikir-pikir mungkin inilah kenapa anak
kecil banyak yg bisa hafidz Qur’an kali yaa... selain memang dimudahkan Allah (bagi
siapa saja yg berniat menghafal Qur’an), secara usia perkembangan juga katanya
usia 4-6th itu saat indera pendengaran berkembang pesat (kalau saya gak salah
ingat baca di brosur & poster di kelas Yamaha). Kami pikir waktu itu kalau
English skills bisa disambi di rumah lah yaa dan alhamdulillah secara tak
terduga Allah dekatkan kami juga dengan “guru bule” yg pada akhirnya jadi teman
dekat keluarga kami.
Anyways, waktu mendaftar dan trial, saya terus terang belum ngeh kalau program JMC ini adalah kursus
2 tahun yang berkelanjutan. Saya pikir, apa bedanya dengan kursus English yg
punya lanjutan level sampai entah berapa tahun... tapi ternyataaa, musik itu
berbeda.. nggak bisa asal masuk, berhenti, dan melanjutkan kalau dengan kelas
JMC ini. Kenapa? Karena pendekatannya beda.
Beda di mana? Hmm, let me start at the beginning of when I first knew about
Yamaha...
Kalau diingat-ingat, di Matsuyama, saya sering bersepeda
melewati tempat kursus Yamaha... di jalanan berkelak-kelok yang menurun dari areal
Matsuyama Jo (castle) ke arah Okaido. Tempat les yang kecil di deretan
ruko/pertokoan nan cantik, di jendela-jendelanya ditempel poster bergambar
anak-anak sedang menyanyi dengan iringan guru yang bermain piano—saya hanya
sempat memperhatikan poster itu sekilas ketika sedang berhenti menunggu antrian
lampu merah untuk menyeberang jalanan.. dan pada saat itu, saya nggak begitu
memperhatikan karena pemandangan anak-anak bernyanyi dengan guru yang bermain
piano itu saya anggap biasa, karena saya pun melihat demikian di preschool
tempat saya mengajar dan juga di day-care anak-anak pada umumnya. Musik =
bernyanyi dengan iringan langsung piano/gitar. Pun pernah terbersit pertanyaan
tentang tempat apakah itu, saya hanya ingat kalau teman saya yang orang Jepang
bilang bahwa “oh, Yamaha, itu kursusnya bagusnya untuk anak kecil, karena
melatih pendengaran. Mimi de kikoeru no
renshuu...” (berlatih mendengar
(nada) dengan kuping) *bahasa jepangnya bener gak ya, lupa* .Pada waktu itu ya saya belum kebayang kalau akan berminat dengan programnya, apalagi di Indonesia...
Anyways, fast forward 4-5 tahun kemudian, Little Bug
akhirnya masuk ke JMC level 1, yg dimulai antara usia 4-5 tahun. Dia memang
dari kecil sudah menyukai lagu dan bernyanyi, dan ketika trial, lagu-lagu yang dimainkan di electone maupun yang dinyanyikan
itu terasa familiar dengan lagu-lagu
yang dulu dia dengar waktu *setiap hari* menonton acara anak “Okaasan to issho”
dan “Inai-inai Baa!” di TV. Di daycare pun lagu-lagu itu yang dinyanyikan
hehehe :)
Jadilah dia semangat banget, ditambah karena Mama mendampingi untuk setiap
kelasnya, bener-bener “okaasan to issho” (bersama dengan ibu). Dari awal dia
hanya bisa memainkan nada do-do-do dan do-re-do hingga saat ini sudah mulai
berlatih cadence 3-not (3 not piano
yang ditekan secara bersamaan untuk mendukung melodi lagu), dia nggak pernah
mengeluh bosan atau merasa stres.
JMC ternyata memang begitu pendekatannya, beda. Semua dibawa
fun dan dikenalkan lewat lagu dan
nyanyian, bukan lewat drill dan hafalan istilah. Lagu-lagu yang dinyanyikan
ataupun dimainkan itu punya karakteristik masing-masing yang bertujuan
mengenalkan dan mengajarkan berbagai unsur dalam musik secara
sembunyi-sembunyi. Kesannya kok begitu? Susah mendeskripsikannya, intinya anak
nggak sadar kalau sedang mengeksplorasi berbagai komponen dalam musik. Lagu
yang temponya cepat & lambat, nada yang terputus-putus atau yang
sambung-menyambung, suara yang keras atau semakin kecil, dsb. Semuanya ada
teorinya, ada namanya, tapi ya sudah dikemas rapi dalam repertoire lagu...
tanpa si anak sadari. Setidaknya, secara perlahan-lahan dan bertahap baru si
anak dikenalkan istilah khususnya, sebagai selingan di dalam kelas kalau pas
lagi bahas komponen tertentu. Yang dilakukan Little Bug (dan anak-anak lain)
kebanyakan hanya belajar bermain via kuping dan mulut. Setiap menekan tuts
electone, mulutnya ikut bernyanyi nada yang ditekan, beserta panjang/pendeknya
ketukan dan keras/lembutnya suara.
Terkait dengan bermain lagu, anak juga serasa “bintang” dari
pertunjukannya sendiri. Kenapa? Karena setiap lagu, yang paling sederhana
sekalipun (misal do-do-do atau mi-re-do), itu punya iringan musiknya tersendiri.
Jadi bukan berlatih via drilling beratus kali sendiri sehingga terdengar
membosankan karena berulang-ulang itu-itu aja, melainkan memainkan komposisi
nada yang diminta dalam iringan sebuah lagu tertentu, yang judulnya ya khas
anak-anak. Misalnya, “Gajah bermain” atau “Roller coaster”. Padahal ya nadanya
gitu-gitu aja, tapi karena dikemas dalam aransmen yang ceria, jadi terasa “wah”!
Setiap kali diperkenalkan lagu baru, anak-anak juga diajak berimajinasi
membayangkan cerita yang disampaikan oleh lagu
& nada tersebut, sehingga penghayatannya juga dilatih.
Selain bermain repertoire lagu, ada juga yang aku sebut
“latihan kuping”, di saat anak-anak berkumpul di sebelah piano dan gurunya
memainkan rangkaian solfege tertentu dan anak-anak diminta menyanyikan ulang
rangkaian nada tadi sekaligus menghafalkannya. Kalau dipikir-pikir, mirip
dengan salah satu cara untuk menghafal Al Qur’an mungkin ya, dengan mendengar
berulang kali dan mengucapkan apa yg didengar berulang kali. Saya juga jadinya
menggunakan metode ini untuk melatih hafalan surat pendek untuk Little Bug :)
Wah, jadi panjang deh entry yang satu ini. Alhamdulillah,
menjelang 1 tahun atau 2 level di JMC, kami merasakan manfaatnya dan semakin kagum
dengan ilmu Allah, yang tentunya melebihi “cuplikan” yang kami lihat dari awal
sampai sekarang. Little Bug jari-jarinya semakin panjang (ha!), percaya dirinya
semakin oke untuk tampil di panggung, dan ada warna tambahan pada kehidupan
kanak-kanaknya yang diberikan oleh musik. Ya, tentunya di luar warna yang
diberikan oleh pembelajaran aspek yang lain sehari-harinya. Intinya berikhtiar
untuk memfasilitasi perkembangan anak secara holistik. Jadi, somehow, pendidikan musik kami lihat melengkapi “puzzle”
yang sedang disusun oleh Little Bug dalam perkembangannya. Mungkin saja
mengimbangi sisi serius-nya yang suka melahap buku-buku non-fiksi tentang
binatang, mobil, laut, dan seabreg lainnya.. atau mungkin mengasah kemampuannya
untuk berkonsentrasi sambil tetap merasa “enjoy”.. dan bisa jadi
menyemangatinya dalam usahanya menghafal berbagai surat pendek... wallahualam.
Semoga bisa terus semangat berlatih dan terus menikmati
bermusik ya.. siapa tau, one day, nanti bisa menebar lebih banyak manfaat
dengan bantuan musik ;)
Hai little Bug's Mommy !!
ReplyDeleteWhat a nice sharing!!
Seneng baca nyaa..... Wahh anaknya Mommy Homeschooling yaa?? Aku selalu pingin bisa HS, tapii susah yaa kalo suami nggak sevisi dg kita..... Mommy rumahnya di daerah mana Mom? Salam kenal yaaa... dari saya, Mommy 3 dara....