Thursday, March 10, 2016

Life Happens


When you homeschool, everything that happens to you as a family impacts the WHOLE family. You can plan out schedules up until the whole year, but when life happens, you just gotta adjust the best you can and go with the flow. Beberapa bulan kemarin, jadwal homeschooling kami secara mendadak harus mengalami “penyesuaian”. Ya, selain karena alasan yang umum, misalnya Little Bug, si Hubs, Baby Bird, dan saya juga akhirnya sakit berturut-turut (alhamdulillah nggak sampai rawat inap, hanya mulai dari demam tinggi, radang tenggorokan, dan paling parah Little Bug kena tyfus), yg mengharuskan kami banyak beristirahat, selain itu.... alhamdulillah, another little life insyaaAllah is happening inside me :) This little life unexpectedly made my days a bit stagnant for the past 3 months, karena harus menyesuaikan dengan mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa ngantuk luar biasa, dan semi-bedrest yang menyebabkan saya harus libur nyetir dulu sampai dinyatakan aman. Praktis kegiatan saya dan anak-anak jadi lebih banyak di rumah dan saya di tempat tidur atau sofa, nggak bisa naik-turun ke ruangan yang biasa kami pakai buat bermain dan melakukan paperwork lainnya.

Panik? Ya, kalau nggak terbiasa melihat anak-anak main seharian sih iya, karena seolah-olah ada “warning” di belakang kepala saya yang berbunyi “Gimana dengan target schoolworknya Little Bug? Gimana dengan kegiatan-kegiatan Baby Bird? Akan terpenuhi kah? Akankah mereka “ketinggalan” dibandingkan anak-anak seusianya?” Yaa, kurang lebih seperti itulah. Banyak “liburnya” alias minimal schoolwork (buat Little Bug) dan sisanya main bebas di rumah. Hmm, gak jauh beda dengan sehari-hari sih.. hanya kerasa nggak maksimal aja dari bagian sayanya, padahal anak-anak mah seneng-seneng aja dan saya juga jadi diingatkan bahwa free play itu banyak sekali proses belajar yang terjadi, hanya kita nggak melihat saja :) Paling banter saya usahakan Little Bug menulis di journal hariannya, mengerjakan math worksheets buat latihan soal (karena kelas 1 SD menurut materi kurnas sedang pada bagian penjumlahan/pengurangan 2-digit, jadi mau nggak mau memang harus rajin latihan supaya lebih terbiasa dan teliti), dan sesekali mengerjakan latihan soal pelajaran lain (spt PPKN, Bhs.Indonesia, dsb) dari buku soal kelas 1 SD (cara curang saya, karena 1 buku isinya ringkasan pelajaran + latihan soal hehehe). Alhamdulillah juga target materi buat kelas 1 SD juga belum terlalu banyak, jadi bisa juga tercover sedikit banyak dari baca buku-buku cerita/ nonfiksi yang berhubungan dengan topik-topik tsb. Idealnya mah lebih banyak percobaan, arts & crafts, dkk... but hey, life happens and you just gotta do what you can til the situation is better (which at times  felt like for-e-ver, but turns out baru beberapa bulan aja kok!).

Berbeda dengan kalau mengirim anak-anak ke sekolah formal, kondisi ortu nggak akan banyak mempengaruhi.. kalau begini, saya terus terang di awal-awal sempat merasa down.. bisa nggak ya saya tetap HS anak-anak dengan kondisi seperti ini? Apakah anak-anak saya dirugikan? Dan gong-nya: Am I a bad mom for making this decision?

Lalu.. saya mencoba melihat sisi positifnya. After all, life is to be celebrated and Hubs & I are really thankful for all the little lives in our life (including the little-est that we are super-excited about)! Anak-anak sikapnya masyaaAllah, jadi jauh lebih pengertian selama beberapa bulan terakhir. Little Bug lebih banyak ngemong Baby Bird, mereka lebih akur dalam bermain (baca: porsi akur lebih banyak daripada porsi berargumen/bertengkar) dan juga lebih banyak membantu saya di rumah (walaupun ada ART yang pulang-pergi, tapi tetap mereka berusaha membantu yang kecil-kecil). Mereka maklum dengan menu makanan yang lebih sederhana dan sering beli, maklum juga kalau saya lebih sering tidur sebentar-sebentar karena mual, juga lebih sering menanyakan “Gimana keadaan Mama? Masih mual? Adik bayi baik-baik aja kan?”.

Ketika cek bulanan (bonus: cek bulanan ke dokter bisa dianggap sebagai field trip HS, hahaha), mereka kagum melihat layar USG (sekeluar dari ruang dokter, pasti ramai celotehan soal adik bayi yang ‘melambaikan tangan’ dan bergerak-gerak ‘saying hello’ ke kakak-kakaknya) dan Little Bug juga berusaha mencerna tahap-tahap perkembangan bayi dari poster-poster yang ada di luar kamar periksa. Baby Bird juga berusaha memahami apa yang terjadi dengan pengertian untuk seusianya, terutama mengapa saya harus banyak istirahat beberapa bulan kemarin (“Karena bayinya masih belum nempel ya di dalam perut Mama?”). Lalu dia juga sering tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan atau celotehan lucu, seperti, “Adik bayi mau ikut kita pergi juga ya?” (uhm, nggak bisa ditinggal juga di rumah kan hehehe) dan “Mama makan lele, berarti adik bayi nanti juga suka lele dong?” (well, I hope so! Scientists say that the eating appetite/tastes for the later born baby is affected by what the Mom eats during her pregnancy... so you can see why I was so frustrated when I lost my appetite in the 1st trimester of this pregnancy---food just didn’t look appetizing to me, even though I was hungry, hikz!).

Buat saya yang awalnya sempat down, googling berbagai blog tentang punya anak 3 dan sengaja cari yang lucu-lucu, because humor helps! Nemu website ini tentang keluarga yang punya anak 3, sounds real and it made me laugh and cry at the same time (blame the pregnancy hormones!). I like real blogs that combine humor with reality instead of preaching perfection, memudahkan untuk enjoy the ride :)
 Saya sangat bersyukur atas kehidupan ini, tapi namanya manusia biasa, pasti ada saat-saat saya merasa panik, khawatir, sedih, bersalah, gelisah, dkk... it’s only human to go through the WHOLE range of emotions (from super excited to sad) when you are expecting another little life, and if we can accept and embrace all of the feelings, insyaaAllah it will be easier to deal with the situation and be thankful for everything. In other words, you embrace the fact that life happens and you are more blessed than you will ever realize!

Every experience is humbling and teaches you something new each day. You can make plans but in the end, the important thing is that you are all happy and healthy together as a family... because every moment is special, no matter if it goes according to your original plans or not. You may not be achieving weekly/monthly targets, but other learning experiences are happening and reminds you that learning is not just textbooks and worksheets, even if you already know that it’s true but you are reminded in the realest (is that even a word?) way possible. You learn to trust your kids, trust their innate abilities, trust that they will develop accordingly under God’s care, and really trust your days in God’s plans. You learn to make the best out of everything, even if your days look like instant noodles, playdoh, and Disney Jr. Cartoons (and you definitely learn NOT to look at [read: compare yourself to] what other moms on pinterest/facebook/instagram/path/whatsapp groups/other social media are doing for their kids at this moment, haha!). You learn to see the smiles on your kids face, because they don’t expect anything but to spend time with you (even though you feel like a sloth and suddenly fall asleep during a story or a game of Candyland). You learn to enjoy each day. You learn to be as happy-go-lucky as your kids... because being happy and thankful and content is a choice, not an outcome of certain pre-meditated conditions and plans. You learn to embrace life and give yourself without losing sight of what’s important... and you learn to fight and struggle to make everything better, even though you don’t actually know what tomorrow will bring.. but you try and you pray and you trust God. That’s it.

So, that’s where we are in life right now, juggling homeschool and pregnancy and life as a whole. And I couldn’t be more thankful, alhamdulillah! :)