Monday, December 09, 2013

Lessons Learned at the Hospital



Sejak hari Jumat siang kemarin, Little Bug untuk ke-2 kalinya terkena virus demam berdarah. Kali ke-2 di RS yg sama, namun dengan jenis kamar yang berbeda dan pengalaman (sejauh ini) yg berbeda pula. Dulu waktu pertama kali terkena DBD, saya belum begitu menjalankan konsep peaceful parenting/positive discipline. Tapi setelah hampir 2 tahun berlalu sejak saat itu, sekarang saya alhamdulillah bisa melihat situasi ini dengan kaca mata yang cukup berbeda. Berhubung sepertinya lagi banyak yang pada sakit, saya ingin share aja pengalaman & pembelajaran saya.. siapa tahu bisa membantu ;) Pake pointers aja deh ya, biar ringkes bacanya...

1.       Trust your mommy-gut (or daddy-gut). Sebagai orang tua dan pengasuh UTAMA, sudah sewajarnya dan seharusnya kita adalah orang yang paling mengenal keadaan anak kita sendiri. Jadi meskipun suhu di termometer menunjukkan angka sekian, tapi kondisi anak kita terlihat/terasa ada yang berbeda dari biasanya pada suhu segitu, dengarkanlah kata hati dan intuisi kita sbg orang tua. Better safe than sorry.

 Little Bug seringkali pada suhu 39C masih kesana kemari dan melakukan hal yang dia sukai seperti biasanya, tapi waktu kemarin terlihat lebih ngantuk daripada biasanya, jadi langsung deh meluncur ke UGD siangnya. Dan ternyata beneran positif DBD, padahal baru demam hari pertama... oh well!

2.       Be honest & communicative with your child. Daripada dibohongi dengan kata-kata manis “Nggak akan sakit kok!”, simply tell the truth about the medical procedures that will be performed. Kalau akan diambil darah/disuntik/dipasang infus dll, diceritakan ke anak apa saja yang akan terjadi dengan singkat dan sederhana sebelum proses itu dilakukan. Jadi anak punya bayangan apa yang akan terjadi, nggak seperti binatang yang nggak tau apa-apa trus lalu disuntik tanpa penjelasan apapun.  And don’t ever lie about the pain! Disuntik sakit, apalagi kalau untuk ambil darah dan pasang infus. Tapi kita bisa bilang bahwa sakitnya akan sebentar saja kalau dia bisa memberanikan diri untuk tetap diam dan membolehkan perawat melakukan tugasnya. Kalau kita bohong tentang prosedur medis itu, anak akan merasa bingung dengan penjelasan kita.. katanya nggak sakit, tapi kok sakit ya?? Kalau diawali dengan kebohongan, rasa percaya jadi terpengaruh, jadinya akan lebih susah membujuk agar mau kooperatif untuk tindakan medis selanjutnya. A little trust in the beginning goes a long, long way... asalkan kita juga gak selalu bilang “iya Nak, besok kita pulang ya..” padahal masih lama perkiraan di RSnya ;p  


3.       Acknowledge our child’s feelings dan yakinkan bahwa kita akan selalu di sisinya mendampingi. Anak perlu diakui dan diterima perasaannya mengenai sakitnya dan prosedur medis yang terjadi. Wajar saja kalau anak merasa takut, marah, sedih, bingung, dll, kita aja yang dewasa bisa merasa demikian, kenapa anak kecil nggak boleh?? Jadi pengekspresian berbagai perasaan tersebut sebaiknya diterima dan dibiarkan. Dalam segala prosedur medis, anak perlu diingatkan dan diyakinkan kalau kita ada bersama dia menjalani proses pengobatan ini, bukan melawan dia (yang akan dia rasakan kalau kita dari awal membohongi/mengancam macam-macam). Jadi kalau anak nangis meraung-raung minta pulang atau tantrum karena nggak suka dengan infus yang nempel di tangan, kita bisa membantu dia me-label perasaan tersebut dan penyebabnya. Nggak usah kasih solusi, cukup mendengarkan. Listen. Love. Comfort. Dengan kita menunjukkan bahwa kita berempati dengan perasaan dia.. itu sangat2 membantu lho!  

Little Bug setiap siang ada sesi mengeluarkan isi dari “emotional backpack” miliknya. Semua emosi dan perasaan yang ia pendam selama hari itu dikeluarkan dalam tangisan di pelukan saya. Kalau 2 thn lalu saya hanya tahu dia tantrum2 karena akumulasi stress, alhamdulillah kali ini ketika hal ini mulai terjadi, saya bisa mempraktekkan apa yang saya pelajari dari artikel2 dan buku2 parenting yang saya baca soal peaceful/gentle parenting. Selau dimulai dari acknowledgement, dan berlanjut dari situ. Kalau dulu saya merasa bingung menghadapi tantrumnya Little Bug, alhamdulillah so far saya lega karena dia bisa menangis dalam pelukan saya sampai dia merasa lebih baik. Dan tangisan itu baru bisa keluar setelah saya membantunya me-label perasaan yang dia rasakan dan kemungkinan alasan dia merasa demikian (tapi terlalu takut untuk mengungkapkan atau bingung mengungkapkannya). Dan kami berpelukan lamaaaa sekali.... :) 
 
4.       Kalau mau membujuk anak, sebisa mungkin gunakan alasan yang logis,masuk akal, dan nggak menakut-nakuti dengan hal yang tidak wajar.

Tetangga kamar saya waktu awal masuk kamar, nangis meraung-raung minta pulang. Yang satu lagi nggak mau makan. Yang saya dengar sayangnya adalah ancaman, bahwa nanti dokter datang dan marah.. dan ancaman akan dicubit kalau nggak mau makan. Saya hanya bisa geleng-geleng. Anak yang nangis meraung-raung, bukannya dibantu untuk bersahabat dengan perawat/dokter (supaya lebih kooperatif dengan mereka), malah ditakut-takuti dengan bayangan dokter yang marah. I don’t think that will help. Kalau hukuman fisik, jelas-jelas nggak ada manfaatnya, titik.
Alhamdulillah Little Bug kali ini jauh lebih kooperatif dalam hal makan-minum-prosedur medis lainnya. Selalu kuulang-ulang manfaat dari makan & minum yg banyak untuk mengusir kumannya keluar dari tubuhnya, supaya bisa cepat pulang ke rumah, dengan konsekuensi makin lama di RS klo males2an makan + minum. Kalau dulu reward tambahannya adalah tiap hari dapet 1 mobil2an kecil, sekarang dia malah mintanya Lego *gubrak*

5.       Hormati tetangga di kamar (kalau ada).

Dulu waktu diopname dapet kamar yg sendiri, naaah kali ini semua kamar penuh dan tinggal 1 bed lagi di ruangan yg ber-3. Okay, sebenernya nggak apa-apa, tujuan minta kamar sendiri terutama supaya Baby Bird bisa leluasa main di dalam ruangan RS, saya nggak bolak-balik ke rumah dan bisa nginap kalau malam. Alhamdulilah kamar yg ini cukup nyaman... kecuali ketika si adik sebelah dibelikan mainan yang nggak pakai volume control dan lagunya itu annoying sekali. Saya selalu mengandalkan buku2 cerita, stiker, buku gambar + alat gambar warna warni, dan mainan yg versatile seperti mobil2an/balok/figurine kecil2 untuk mengisi hari-hari di RS (di luar fasilitas TV yg ada). Perbedaan kali ini adalah hadirnya sebuah tablet PC yg ada game-nya, walopun berat hati tapi khusus untuk opname saya bebaskan dia untuk main kapan aja. Tapi insyaaAllah klo sudah pualng ke rumah sih balik lagi pakai jatah waktu hehehe ;p
Gangguan lain adalah ketika penunggu pasien bolak balik keluar-masuk ruangan dan pintu dibiarkan terbuka lebar. Belum lagi kalau sudah tau ada tetangga kamar yg tidur, bukannya pelan-pelan ngomongnya atau bertamunya, malah in surround sound 3D. Dan SKSD yang bukan pada saatnya, misalnya dengan sengaja memasukkan kepala untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh tetangga ruangan. Oh, boy...

6.       Take care of yourself.

Kalau bisa gantian jaga, gunakan waktu yang dimiliki untuk tidur, mandi, dan makan. Yang penting menyegarkan diri sebelum kembali berjaga lagi. Karena kalau kita capek + lapar, bawaannya marahhhh aja... not good..!
 
7.       Use this moment as a chance to improve your relationship with your child, realize your true priorities, and increase your efforts to be a better parent.

The 1st night I came hope to a quieter home, I cried. I suddenly realized that nothing else really matters as much as my children’s happiness with me at our own house. Why be so stressed about having a neat home when you have no laughter and fun coming out of it? What’s the use of cooking when you can’t enjoy it with the ones you love? Rumah memang saat itu cukup rapi.. tapi sepinya luar biasa... makanan RS juga jadi terasa sangat enak ketika dimakan berdua dengan Little Bug (krn dia nggak bisa habiskan porsinya, bukan karena aku yg kelaperan lhoo, hehehe). Intinya, saya brebes mili merenungkan keadaan saya sbg orang tua hingga saat ini.. dan bertekad insyaaAllah untuk mejadi Mama yang lebih baik.

Itulah sejauh ini yang saya bisa ambil hikmah....
Semoga bisa membantu.. dan semoga kita semua nggak harus diuji dengan anak yang sakit sebagai pecut untuk memperbaiki diri menjadi orang tua yang lebih hebat lagi!

Now, going off to catch some Zzz’s sebelum besok insyaaAllah jaga lagi di RS... oyasumi nasai!

8 Dec. 2013